Minggu, 12 Februari 2012

Persatuan Tennis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI) {by:fitri}

Persatuan Tennis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI)

Persatuan Tennis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI) Didirikan pada 26 Desember 1935 di Semarang
Stadion Tennis Senayan Jakarta 10270
Tel : (021) 5710298, 5707203
Fax : (021) 5700157
Email.: info@pelti.or.id
Website: http://www.pelti.or.id
 
Sejarah PELTI
Tennis, kita ketahui, adalah permainan atau olah raga dengan menggunakan raket dan bola. Dalam olah raga yang juga disebut lawan tennis raket dipukulkan ke bola sambut menyambut - oleh seorang atau sepasang pemain yang saling berhadapan - ke seberang jaring yang sengaja dipasang di sebidang lapangan empat persegi panjang.
Tadinya, sekitar abad ke-I6, tennis dimainkan di Italia, Prancis, dan lnggris, ketika lapangan mainnya dibangun di balik dinding-dinding istana kcrajaan. Tapi tennis modern diperkenalkan oleh Mayor Wingfield di Inggris pada 1873, dan setahun kemudian oleh Nona Mary Outerhridge di Amerika Serikat. Lapangan­-lapangan permainannya pun dibangun di kedua negeri itu. Kejuaraan tennis pertama dilangsungkan di Wimbledon, kota kecil sekitar 12 km di barat daya London, Inggris. Persatuan Tennis AS didirikan, 1881. berbagai kejuaraan amatir diselenggarakan di beberapa negara, yang mengundang datangnya beribu-ribu penon­ton. Mula-mula hanya memainkan partai tunggal putra, diikuti partai tunggal putri tiga tahun kemudiannya.
Tahun 1900 adalah saat bersejarah bagi tennis. Pada tahun itulah Dwight Davis, bintang ganda AS, mcng­hadiahkan sebuah piata Perak untuk diperebutkan dalam turnamen antarnegara, yang kcmudian tenar sebagai "Davis Cup" . Dalam pertandingan internasional pertama antara AS dan Inggris, Amerika unggul 3-0.
Kian populer dan majunya olah raga tennis, tak ayal telah mendorong didirikannya "Federation Internationale de Lawn Tennis" (Federasi Tennis Intcrnasionsl) pada 1912.
                 
Di Indonesia: Lahirnya PELTIBesar kemungkinan, orang Belandalah yang memper­kenalkan tennis di Indonesia, walaupun tidak mustahil pula permainan ini dibawa para pelaut Inggris yang singgah di kota-kota besar Kepulauan Nusantara. Sayang arsip-arsip berbagai perkumpulan milik warga negara Belanda yang pernah berdiri di negeri ini telah hilang, hingga kita tidak bisa melacak mana di antara dua perkiraan itu lebih benar.
Namun yang jelas, di negeri mana pun, olah raga ini mulai dimainkan dan lebih dikenal di kalangan bangsawan, hartawan, dan kaum terpelajar. Juga di Indo­nesia. Apalagi di zaman penjajahan Belanda. Di masa itu hanya segelintir kaum pribumi yang mampu mengayun­kan raket tennis, sedang jumlahnya yang lebih besar terdiri dari orang Belanda dan Cina. Itu pun hanya di kota-kota besar.
Jumlah kaum pribumi penggemar tennis mulai me­ningkat pada tahun-tahun 1920-an ? seiring kian banyaknya murid-murid Indonesia mcmasuki sekolah ­sekolah menengah, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Mereka - umumnya para siswa Stovia, Rechrsschool, dan -NIAS - pada gilirannya memperkenalkan olah raga ini ke kalangan yang Iebih luas. Tennis pun mulai dimainkan atau dipertanding­kan dalam kegiatan berbagai organisasi pemuda di masa itu. Olah raga inipun mulai dilihat sehagai penghimpun massa, terutama oleh kaum nasionalis yang mencita­citakan Kemerdekaan Indonesia.
Lahirnya Boedi Oetomo, 1908, dan kemudian Soempah Pemoeda, 1928, memang senantiasa menghangati setiap langkah dan gerak kaum muda di kurun itu. Maka tidak heran bila penjajah Belanda selalu mengintip dan memantau setiap gcrak-gerik pergerakan pemuda, yang nonpolitik apalagi yang berbau politik. Terhadap gerakan yang diduga kecenderungan politik, tindakan pcmbatasan segera dilakukan. Toh serangkaian rintangan itu tidak membuat kaum muda patriotik kehilangan akal. Disemangati sumpah Satoe Noesa, Satoe Bangsa, Satoe Bahasa, mereka melebur beberapa organisasi pemuda yang berpolitik ke dalam satu wadah baru yang disebut Indonesia Moeda, pada 1930.
Latar belakang lahirnya Indonesia Moeda jelas berangkat dari larangan bagi kegiatan politik yang diber­lakukan kepada mereka. Mereka berkeyakinan, hanya dengan menggerakkan aktivitas sosial masyarakat baru bisa dicapai persatuan seluruh rakyat menuju kemerdeka­an. Di dalamnya juga termasuk kegiatan olah raga. Setiap pemuda yang sehat dan ingin sehat tentu menggernari olah raga, yang di dalamnya sportivitas dan sifat kompe­titif merupakan satu sisi dari mata uang, dan pada gilirannya dapat membangkitkan patriotisme.
Semangat cinta Nusa dan bangsa ini nyatanya memang berkembang di kalangan olahragawan Indonesia, ter­masuk di antara para petennis. Pada semacam kejuaraan nasional yang diadakan oleh De Alegemeene Nederland­sche Lawn Tennis Bond (ANILTB) di Malang, Jawa Timur, akhir 1934, tiga wakil pribumi mampu berjaya. Di partai tunggal putra, dua saudara Soemadi dan Samboedjo Hoerip maju babak final, yang pertandingan akhirnya dimenangkan oleh Samboedjo. Yang lebih mengesankan adalah dua partai berikutnya, yang memperagakan keunggulan anak jajahan atas penjajahnya. Yang pertama, pasangan ganda putra Hoerip Bersaudara, yang menggilas pasangan Belanda, Bryan/Abendanon, 6-3, 6-4 di final. Juara ganda campuran juga diraih keluarga Hoerip, Samboedjo dan Soelastri, yang mendepak pasangan "penjajah" , Bryan/Nn. Schermbeek, 6-4, 6-2 ? sekaligus mencetak gelar pemegang juara tumarnen ANILIB tiga kali beruntun, 1932-19.34.
Prestasi ini tak ayal mendorong Indonesia Moeda mcngadakan Pekan olah raganya sendiri, yang berlangsung pada tiap hari ulang tahun atau pertemuan tahunannya. Tennis, tentu, termasuk di antaranya cabang-cabang yang dipertandingkan. Salah Satu di antaranya yang dilaksanakan pada Desember 1935 di Semarang - yang juga sekali­gus menjadi saat dicetuskannya pembentukan Persatuan Lawn Tcnnis Indonesia (PELTI).
Kejuaraan ini sendiri diprakarsai oleh dr. Hoerip yang diakui sebagai Bapak Tennis Indonesia. menghimpun 70 petennis dari seluruh Jawa, kejuaraan ini dipantau dan mendapat perhatian serius dari pihak kolonnial Belanda. Itu tercermin dari pemuatan peristiwa penting olah raga tennis tersebut dalam surat kabar De Locomotif 30 Desember 1935. dengan Judul yang kalau diterjemahkan berbunyi : "Kejuaraan Tennis Seluruh Jawa dari Pcrsatuan Lawn Tennis Indonesia" . Namun, di pihak lain, ini juga berarti pengakuan pihak Belanda bahwa ANILTB telah mendapatkan saingannya.
Tanggal 26 Desember 1935 kemudian dicatat sebagai kari lahirnya PELTI
Gagasan pendirian PELTI sendiri, yang dikemukakan pada Kejuaraan Tennis di Semarang itu. berasal dari Mr. Budiyanto Martoatmodjo. tokoh tennis dari Jember - ia kemudian dianggap sebagai pencetak dasar utama pendirian organisasi PELTI. Ketika mcnguraikan azas dan tujuan pendiriannya ia mcngatakan bahwa PELTI, sebagaimana organisasi kebangsaan lainnya, sama sekali "Tidal bersifat mengasingkan diri." Maka PELTI akan selalu siap bekerja lama dengan persatuan tennis manapun dan apa saja, asal atas dasar saling menghargai.
Diungkapkan pula. tujuan praktis utama PELTI adalah mengembangkan dan memajukan permainan lawan tennis di tanah air dan bagi bangsa sendiri. Dengan cara ini. Iebih jauh, diharapkan akan dicapal tali persaudaraan yang erat di antara segala perhimpunan dan pemain tennis bangsa Indonesia. PELTI juga akan menyebarluaskan peraturan permainan, memberi keterangan dan bantuan dalam pembuatan lapangan tennis. Juga meng­adakan dan mengatur serta menyumbang bagi terlaksana­nya pertandingan, di samping berusaha memasyarakatkan permainan tennis itu sendiri.
Gagasan pendirian PELTI mendapat dukungan yang memadai, khususnya di kalangan yang berani mengambil resiko berhadapan dengan pemerintah kolonial, termasuk dari kalangan yang terpandang. Di Semarang saja, para simpatisan semacam itu tidak sedikit jumahnya. Misalnya: Dr. Buntaran Martoatmodjo (yang kemudian, sejak 1935, menjadi ketua PELTI lima tahun berturut­-turut), Dr. Rasjid, Dr. Mokhtar, Dr. Sardjito, R.M. Soeprapto, Nitiprodjo, dan beberapa lainnya. Dari Para tokoh berbagai kota Iainnya, dukungan diwakili oleh: Mr. Budhiyarto Martoatmodjo (Jember), R.M. Wazar (Bandung), Djajamihardja (Jakarta), Mr. Susanto Tirtoprojo (Surabaya), Mr. Soedja (Purwokerto), Berta Mr. Oesman Sastroamidjojo, ahli olah raga tennis yang namanya terkenal di Eropa.
Pada umumnya, mereka memandang simpatik gagasan Dr. Hoerip, yang sebernarnya sudah dicetuskan sejak 1930, diilhami oleh berdirinya PSSI pada 30 April tahun itu. Tapi para tokoh tadi berbeda pendapar dalam beberapa hal, terutama mengenai saat yang tepat bagi pendirian Induk organisasi tennis Itu. Dari berbagai sikap yang lahir - revolusioner, moderat, plintat-plintut - akhirnya golongan tengahlah yang merupakan mayoritas. Pengalaman pahit saat-saat pendirian PSSI tampaknya menjadi cermin pembanding bagi para pelopor PELTI, hingga mereka memilih bersikap Iebih hati-hati meng­hadapi reaksi pemerintah Belanda - mereka tentunya tidak senang melihat setiap kegiatan yang bersifat mem­persatukan kekuatan. Para pendiri PELTI tidak Ingin organisasi yang akan mereka dirikan mati dalam kandungan. Itulah sebabnya PELTI baru berdiri lima tahun kemudian, 1935.
SUSUNAN PERSONALIA PENGURUS PUSAT 
PERSATUAN TENIS SELURUH INDONESIA (PP. PELTI)
MASA BAKTI 2007-2012
_______________________








PENASEHAT :
Moerdiono




PENGURUS HARIAN :






Ketua Umum :
Martina Widjaja




Sekretaris Jenderal :
Soebronto Laras
Wakil Sekretaris Jenderal :
August Ferry Raturandang




Bendahara :
Diono Nurjadin
Wakil Bendahara I :
Zandra Darmawan




Bidang Pengembangan


Ketua :
Rachmanto Surahmat
Wakil Ketua :
Slamet Utomo




Bidang Pembinaan Senior


Ketua :
Kresno Merdiko
Wakil Ketua :
Laurence Barki




Bidang Pembinaan Junior


Ketua :
Danny Walla
Wakil Ketua :
Christian Budiman




Bidang Pembinaan Prestasi Daerah


Ketua :
Tintus Arianto Wibowo
Wakil Ketua :
Hudani Fajri




Bidang Pertandingan


Ketua :
Johannes Susanto
Wakil Ketua :
Kent Widyasetyabudi




Bidang Promosi dan Pemasaran


Ketua :
Shinta Widjaja Kamdani
Wakil Ketua :
Prasetyo Singgih




Humas : - Gungde Ariwangsa


- Amin Pujanto




PENGURUS PLENO






Komite Organisasi : - Albert Wuysang


- H. Kemas Arsyad Somad


- H.M. Asnawi HD.


- Ade L. Syuhada


- Agussalim Djamil


- Meidizon Dahlan




Komite Kepelatihan Pelatih : - Atet Wijono


- Alferd Henry Raturandang




Komite Mini Tenis :
Teguh Djuwandie




Komite Perwasitan : - Kompol. Gunawan M. H.


- Gunawan Tedjo Sutikno
 Komite Tenis Kursi Roda : - H. Sjahrudin


- Henny Santoso




Komite Veteran : - Suprawito


- Ex. Officio BAVETI




Komite Urusan Peringkat dan KTA : - Grace Lumenta




Komite Pendidikan dan Bea Siswa :
Marieke Gunawan




Komite Pembinaan Senior : - Suzanna Anggarkusuma


- Suwandi


- Yopie Chandra




Komite Pembinaan Prestasi Daerah : - Bonit Wiryawan


- Eko Yuli


- Bunge Nahor




Komiet Pertandingan : - Glen Sugita


- Aga Soemarno


- Susan Soebekti




Komite Promosi : - Indra Sukirno


- Andi Mallarangeng


- Enny Sukamto


- Ervin Lubis


- Iwan Budiarto Nurjadin




Komite Pemasaran : - Patrick Walujo


- Emirsyah Satar


- Dino Pati Jalal


- Rudy Hamdani


- Ignatius Khomasurya




Komite Hukum dan Tata Tertib :
Kombes Pol. Petrus Golose

Tidak ada komentar:

Posting Komentar